Contoh Majunya perkembangan industri Korea Selatan di sebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalahsebagai berikut :
A. Strategi Besar yang dilakukan Korea
Perekonomian Korea Selatan, awalnya dibangun dengan membangun industri-industri standar negara berkembang, seperti tekstil, sepatu yang mudah dan ringan. Rupanya, penguasa negeri gingseng ini tak mau setengah-setangah. Segala kebutuhannya telah dipersiapkan sejak dini, mulai dari infrastruktur, sumber daya manusia dan pengetahuan untuk level industri selanjutnya. Sebut saja, industri berat dan strategis, baja, otomotif, perkapalan dibangun bukan untuk dimajukan tapi untuk menguasai dunia.
Orientasi pada pasar ekspor sudah sejak awal dipersiapkan Korea Selatan sebagai ‘strategi besarnya’ untuk menguasai market (pasar) dunia. Karena dengan kondisi sumber daya alam yang sangat terbatas dan market dalam negeri yang kecil. Satu-satunya jalan adalah export oriented seperti yang dilakukan juga oleh Jepang.
Untuk melancarkan strategi tersebut, pemerintah memberikan dukungan penuh pada dunia usaha. Dengan menyediakan infrastruktur, modal yang murah, pengenaan pajak yang rendah untuk industri unggulan, dan menyiapkan sumber daya manusia berkualitas tinggi. Efisiensi dan manajemen mutu pada level birokrasi. Dimana para birokrat dididik dengan proses belajar dan disiplin kelas dunia serta berkualitas.
B. Nasionalisme
Pemerintah mengajak kalangan konglomerat Korea Selatan, seperti Hyundai, Samsung, dan LG untuk tampil bersama sebagai pejuang yang sangat nasionalis. Para pemimpin Korea Selatan juga punya visi ke depan dalam penyerapan dan pengembangan teknologi. Pada tahun 1959, pemerintah Korea Selatan sudah mendirikan Korean Atomic Energy Commision. Setahun kemudian, Kementerian Sains dan Teknologi dibentuk. Lalu menyusulKorea Institute of Science and Technology yang dibentuk untuk riset industrial.
Pada tahun 1970, pemerintah telah memberikan lebih dari 20 persen anggarannya untuk mengakselerasikan proses belajar bangsa itu. Generasi penerus Korea Selatan juga didorong untuk belajar ke kampus-kampus paling terkemuka dunia. Riset dan penelitian digalakkan, orang-orang serta badan-badan riset yang unggul diberi dana yang sangat besar oleh pemerintah. Industri-industri dengan potensi pasar masa depan yang besar dianalisis dan dikejar habis-habisan, baik oleh pemerintahnya maupun swasta.
Saat ini Korea Selatan memiliki industri otomotif, semikonduktor, elektronik, pembuatan kapal, dan baja yang bermutu. Pengembangan industri-industri strategis masa depan lainnya, seperti Nanoteknologi, Bioteknologi, Teknologi Informasi, Robotika, dan teknologi ruang angkasa sudah bisa dinikmati dan menguasai dunia. Penduduk Korea Selatan memiliki rangking teratas dalam kemampuan matematika, sains, problem solving dan membaca dalam peringkat OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development).
Menurut ekonom Korea Institut for International Economic Policy, Chuk Kyo Kim, keberhasilan Korea Selatan dapat tidak lepas dari perhatian besar pemerintah Korea Selatan pada pendidikan, pembangunan sumber daya manusia, serta investasi agresif di kegiatan penelitian dan pengembangan.
C. Cinta Produk Lokal
Kemajuan ekonomi dan perindustrian Korea Selatan tak lepas dari penguasaan bangsa Korea dalam industri manufaktur yang berkembang menjadi riset-pengembangan. Tak hanya itu, penguasaan industri ini didukung penguasaan pasar lokal oleh bangsanya sendiri. Dengan lakunya produk-produk yang diproduksi perusahaan lokal berarti perusahaan lokal akan terus maju dan berkembang menjadi besar bahkan raksasa. Hal ini berdampak langsung pada penciptaan lapangan pekerjaan. Hasil pertumbuhan industri dan ekonomi digunakan untuk kemakmuran bangsa Korea.
Selain ‘political will’ dari pemerintah yang tinggi terhadap pembangunan bangsanya, mentalitas rakyat Korea sudah terbentuk dengan bangga dan cinta menggunakan produk lokal. Konon, orang Korea paling benci menggunakan produk dari negara yang pernah menjajahnya yakni Jepang. Untuk menggunakan produk canggih, secara bertahap dan mandiri, mereka memproduksi sendiri. Karakter bangsa yang cinta akan produk dalam negeri ini membuat perusahaan-perusahaan raksasa Korea tampil sebagai leader market di dalam negeri sekaligus bertahap leading di luar negeri.
Produk-produk dari brand Samsung, Hyundai, KB Financial Group, Shinhan Financial Group, Samsung Life Insurance, Korea Electric Power, LG menjadi pilihan utama warga Korea.
Baca juga tentang: MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN NEGARA BERKEMBANG
Berikut ini adalah dampak Revolusi Industri terhadap perkembangan sejarah Indonesia.
1. Dalam Bidang Politik
Betapapun Revolusi Industri tidak terjadi di Belanda, namun sebagai
negara yang memiliki kesamaan karakter, Belanda menjadi pengikut
revolusi juga. Imbas terhadap Indonesia sebagai negara jajahan Belanda
adalah lahirnya imperialisme modern di Indonesia yang diusung oleh
Belanda. Selain itu, Inggris sebagai lokomotif imperialisme modern
memiliki kepentingan tersendiri dengan wilayah Indonesia yang
benar-benar kaya sumber daya alam. Peralatan-peralatan yang ditemukan di
Inggris membutuhkan begitu banyak bahan untuk diolah. Inggris sebagai
negara dengan kekuatan imperialisme yang besar ternyata berseteru dengan
pihak Belanda, sampai akhirnya peperangan yang terjadi antara Prancis
dan Inggris dimenangkan oleh Inggris. Secara langsung Indonesia
diserahkan kepada Inggris.
Dalam sejarah kolonialisme Indonesia, kita mengenal Thomas Stamford
Raffles yang merupakan utusan Inggris untuk menjadi Gubernur Jenderal di
Hindia Belanda. Untuk empat tahun Indonesia dipimpin oleh imperialisme
Inggris. Sejak masuknya pedagang-pedagang Eropa, khususnya Belanda ke
Indonesia telah membawa perubahan yang sangat signifikan. Pola
perdagangan monopoli yang dipraktekkan oleh VOC (kolonial Belanda)
menjadikan tersentralisasinya kekuasaan di tangan penguasa asing. Imbas
terbesar bagi para penguasa pribumi (raja/sultan) adalah hilangnya hak
kekuasaan sebagai penguasa lokal. Karena mereka dijadikan oleh
pemerintah kolonial Belanda sebagai pegawai negeri yang mendapat gaji
dari pemerintah kolonial. Padahal menurut aturan adat, penguasa pribumi
mendapat upeti langsung dari rakyat.
Hal ini terjadi setelah para penguasa-penguasa pribumi tidak mampu
mempertahankan wilayah kekuasaannya dari penetrasi orang-orang Eropa
yang berupaya menguasai wilayah-wilayah di Indonesia untuk menjalankan
politik dagang monopolinya. Pada akhirnya, dengan diterapkannya sistem
pemerintahan baru (pemerintahan kolonial), para raja/sultan semakin
kehilangan peranannya dalam mengatur kebijakan politiknya, sedangkan
pemerintahan kolonial semakin kuat.
2. Dalam Bidang Ekonomi dan Industrialisasi
Salah satu akibat dari munculnya Revolusi Industri adalah munculnya
praktik kapitalisme dalam hal ekonomi. Ideologi kapitalisme berpendapat
bahwa untuk meningkatkan pendapatan perlu ditunjang dengan jumlah modal
atau kapital yang banyak, penguasaan sektor produksi, sumber bahan baku
dan ditribusi. Indonesia atau pada saat itu bernama Hindia Belanda
memiliki sumber daya alam yang hasilnya sangat laku di pasaran dunia.
Penemuan-penemuan teknologi baru telah mengantarkan wilayah Hindia
Belanda menjadi incaran negara-negara maju dalam teknologi tersebut.
Akhirnya perekonomian rakyat diperas, tetapi pemerintahan tidak pernah
mampu memberikan kesejahteraan tersendiri untuk Indonesia. Indonesia
menjadi lahan baru untuk para kapitalis yang hanya mementingkan
keuntungan. Imperialisme modern telah mampu mengeruk ekonomi Indonesia
dengan keuntungan yang gilang gemilang di tangan para imperialis,
sementara rakyat menjadi kuli di rumahnya sendiri. Bangsa Indonesia
sempat dikenalkan dengan beberapa sistem perekonomian dari dunia Barat,
namun kerugian yang diderita oleh Indonesia jauh lebih besar ketimbang
keuntungan yang dihasilkan.
Perubahan mendasar terjadi ketika Indonesia mengalami masa sistem
ekonomi liberal dan tanam paksa. Pada era ini rakyat diharuskan
melakukan kegiatan ekonomi berupa pengolahan perkebunan yang cenderung
hanya memperhatikan pada kebutuhan orang-orang Eropa saja, sedangkan
kebutuhan rakyat pribumi, seperti pertanian, menjadi terabaikan. Pada
masa pemerintahan Raffles, dengan politik sewa tanahnya yang diilhami
dari pengaruh paham liberal, rakyat Indonesia belum paham sepenuhya
dengan sistem ekonomi uang. Sehingga sistem land rente dianggap
mengalami kegagalan, karena rakyat masih terbiasa dengan sistem ekonomi
tertutup, dimana pembayaran pajak belum sepenuhnya dengan uang tetapi in
natura. Faktor utama lainnya yang dianggap sebagai biang kegagalan
liberalisasi ekonomi Indonesia adalah masih kuatnya praktik budaya
feodalisme.
Setelah Indonesia kembali menjadi jajahan Belanda, di bawah pengawasan
Gubernur Jenderal van Den Bosch yang beraliran konservatif, diterapkan
sistem tanam paksa yang bertentangan dengan sistem sewa tanah
sebelumnya. Hal ini, menurut van Den Bosch, dikarenakan kondisi realitas
Indonesia yang bersifat agraris, seperti halnya keadaan negara induk
(Belanda) yang juga masih bersifat agraris. Walaupun keadaan di Eropa,
rentang waktu 1800–1830, sedang muncul pertentangan pemikiran, antara
liberalis dan konservatis telah mengakibatkan kegamangan dalam
pelaksanaan pemerintahan di negara jajahan. Tetapi satu hal yang perlu
dipahami, baik konservatif yang akan meneruskan sistem politik VOC atau
liberalis yang ingin meningkatkan taraf hidup rakyat, dalam tujuannya
sama-sama menginginkan daerah jajahan perlu memberi keuntungan bagi
negeri induk.
Baca juga tentang: MAKALAH TENTANG ILMU EKONOMI.
Keadaan ekonomi rakyat Indonesia semakin parah, seiring dengan
diberlakukannya kebijakan Politik Pintu Terbuka. Hal ini menjadikan
jiwa-jiwa wirausaha semakin menghilang, karena para petani, pedagang
yang kehilangan lapangan sumber mata pencahariannya beralih menjadi
buruh di perusahaan-perusahaan swasta asing.
Kondisi ekonomi bangsa Indonesia saat itu sangat menyedihkan. Hal itu
dapat dilihat pada awal abad ke-20, diketahui bahwa penghasilan
rata-rata sebuah keluarga di Pulau Jawa hanya 64 gulden setahun. Dengan
penghasilan yang sangat sedikit itu, mereka harus melakukan berbagai
kewajiban, antara lain untuk urusan desa. Hal itu menggambarkan betapa
miskinnya rakyat Indonesia, padahal Indonesia memilki kekayaan alam yang
melimpah.
Selama masa tanam paksa, pemerintah Belanda memperoleh keuntungan
ratusan juta gulden. Keuntungan yang diperoleh itu semuanya digunakan
untuk membangun negeri Belanda. Tidak ada pemikiran untuk menggunakan
sebagian keuntungan itu bagi kepentingan Indonesia. Kemiskinan yang
diderita rata-rata rakyat Indonesia adalah akibat politik drainage
(politik pengerukan kekayaan) yang dilakukan pemerintah Belanda untuk
kepentingan negeri Belanda. Politik dranaige itu mencapai puncaknya pada
masa tanam paksa (cultuur stelsel) dan kemudian dilanjutkan pada masa
sistem ekonomi liberal.
Sistem ekonomi liberal pun tidak meningkatkan taraf kehidupan rakyat.
pada masa itu berkembang kapitalisme modern yang berlomba-lomba
menanamkan modalnya di Indonesia, antara lain perkebunan raksasa.
Pemerintah mengizinkan para pemilik modal menyewa tanah, termasuk tanah
rakyat. Akibatnya, lahan untuk pertanian rakyat berkurang. Sebagian
besar petani terpaksa menjadi buruh di pabrik atau perkebunan dengan
upah yang rendah.
Pada sisi lain, perusahaan-perusahan pribumi mengalami kemunduran atau
sama sekali gulung tikar sebab tidak mampu bersaing dengan modal
raksasa. Pengusaha tekstil tradisional pun terpukul akibat membanjirnya
tekstil yang diimpor dari Belanda. Para pengusaha pribumi juga dirugikan
sebab pemerintah Belanda lebih banyak memberikan kemudahan kepada
pedagang Cina.
3. Dalam bidang Iptek dan Budaya
Revolusi Industri lahir dengan latar belakang ilmu pengetahuan yang
pekat. Ketika Indonesia dijajah oleh Inggris, maka hal itu pun sangat
berpengaruh. Raffless yang dalam kesempatan tersebut menjadi gubernur
jendral yang sangat perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan alam, maka
salah satu bunga bangkai yang ditemukan di Bengkulu dinamai dengan bunga
Raflesia Arnoldi. Bahkan, Kebun Raya Bogor juga merupakan itikad dari
istri Raffles. Dalam hal ilmu perbintangan, di Bandung didirikan pula
tempat obsevasi yang didirikan Van den Bosch.
Seiring dengan munculnya hubungan Hindia Belanda dengan Inggris, maka
sedikit demi sedikit masyarakat Indonesia dikenalkan juga dengan
kemajuan teknologi tersebut. Penjajahan Indonesia yang sempat kembali ke
tangan Belanda menghentikan kemajuan tersebut, namun dalam perkembangan
kontemporer, pengaruh Revolusi Industri sangat terlihat dan terasa.
4. Dalam Bidang Sosial
Industrialisasi sejak semula sangat berkaitan dengan masalahmasalah
sosial-kemasyarakatan. Adanya perbedaan pendapatan ekonomi cenderung
membuat manusia mengukur segala sesuatu dengan mahal-murahnya harga
sesuatu. Dengan perbedaan tersebut, muncullah diskriminasi sosial yang
tidak manusiawi. Selain itu, ada pula dampak positif dari Revolusi
Industri ini, yaitu dibukanya jalur transportasi darat yang baru rel
kereta api guna mempercepat proses mobilisasi dan penyampaian informasi
dan komunikasi.
a. Diskriminasi Sosial
Dalam bidang sosial terjadi perbedaan yang mencolok antara golongan
Barat atau Belanda dengan golongan pribumi. Dalam bidang pemerintahan
juga terjadi diskriminasi, pembagian kerja dan pembagian kekuasaan
didasarkan pada warna kulit. Orang pribumi yang mendapatkan jabatan
pastilah jabatan rendah dan dibatasi kekuasaannya. Diskriminasi juga
terjadi di kalangan militer. Untuk pangkat yang sama, gaji orang
Indonesia yang berdinas dalam militer Belanda lebih rendah daripada gaji
anggota militer Belanda. Bahkan diadakan pula perbedaan gaji antara
serdadu Ambon dan serdadu Jawa. Diskriminasi berlaku juga di tempat
hiburan. Ada tempat-tempat yang tidak boleh dimasuki oleh orang
Indonesia, seperti tempat pemandian, restoran bahkan pada angkutan umum,
seperti kereta api lintas-kota atau trem (kereta api dalam kota).
Rupanya para penggagas Politik Etis hendak menciptakan hubungan yang
harmonis antara Belanda dan golongan pribumi, namun kesamaan pandangan
yang diharapkan ternyata tak berbuah seperti yang diharapkan.
Orang-orang Indonesia yang telah mendapatkan pendidikan dari Belanda,
semakin menyadari tentang arti penting kemerdekaan yang pada akhirnya
mereka menjadi pemuda-pemuda pergerakan kemerdekaan Indonesia. Hal ini
membuktikan bahwa diskriminasi berdasarkan ras menjadi salah satu faktor
lahirnya pergerakan nasional.
b. Dibangunnya Jalur Transportasi Darat
Revolusi Industri secara tidak langsung berdampak pula dalam hal
transportasi di Indonesia, terutama darat. Untuk mempermudah mobilitas
penduduk dan perdagangan, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur
kereta api di Pulau Jawa. Hal ini dilakukan guna mempercepat hubungan
komunikasi dan dagang. Untuk daerah pegunungan yang banyak terdapat
perkebunan (misalnya di Jawa Barat), dibangun khusus jalur kereta api
untuk mengangkut hasil bumi ke kawasan pabrik guna diolah menjadi bahan
setengah jadi atau jadi.
Sesungguhnya jalur darat telah dibuka sejak masa Daendels memerintah
Jawa, yaitu dengan dibukanya rute baru: Anyer-Panarukan yang membelah
Pulau Jawa pada awal abad ke-19. Dengan tujuan semula untuk mempercepat
proses informasikomunikasi antarkantor pos, maka Jalan Raya Pos (The
Grote Postweg) ini pada masa selanjutnya berguna pula untuk jalur
mobilitas penduduk yang ingin ke luar kota atau pulau.
c. Mobilitas Penduduk dan Masalah Demografi
Industrialisasi mengakibatkan perpindahan penduduk dari desa ke
kota-kota besar. Berdirinya pabrik-pabrik telah mendorong kehidupan baru
dalam masyarakat Indonesai yang sebelumnya masyarakat agraris dan
maritim. Terbentuklah komunitas pekerja kasar dan buruh yang bekerja di
pabrik-pabrik partikelir (swasta). Kota-kota besar, terutama Jakarta dan
Surabaya, merupakan tempat tujuan orang-orang untuk mengadu nasib.
Untuk mendapatkan pegawai-pegawai semacam juru ketik atau tulis yang
murah maka pemerintah kolonial membangun sekolah-sekolah kejuruan guna
menghasilkan tenaga-tenaga ahli dari pribumi yang tentunya jauh lebih
murah honornya bila dibandingkan tenaga ahli dari Eropa. Tenaga
tulis/ketik tersebut selain dipekerjakan di instansi pemerintahan, juga
dipekerjakan pegawai rendah di perkebunan pemerintah. Pada masa
pelaksanaan ekonomi liberal sekolah didirikan untuk tujuan yang sama.
Pada 1851, didirikan sekolah dokter pertama di Jawa yang sebenarnya
merupakan sekolah untuk mendidik mantri cacar atau kolera.
Maklum kala itu kedua penyakit tersebut sering menjadi wabah di beberapa
daerah. Sekolah “mantri” tersebut kemudian berkembang menjadi STOVIA
(School Tot Opleiding Voor Inlandse Artsen) atau sekolah dokter pribumi.
Munculnya sekolah-sekolah ala Eropa di Jawa, khususnya Batavia dan
Bandung, menggiring orang-orang dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, dan tempat-tempat lainnya berdatangan ke Jawa. Orang-orang di
Jawa pun, terutama anak-anak priyayi dan bangsawan atau pedagang kaya
yang memiliki biaya lebih, berbondong-bondong datang ke Jakarta dan
Bandung yang saat itu memiliki sekolah setingkat perguruan tinggi (THS
dan STOVIA). Perpindahan atau mobilitas kaum terpelajar tersebut
tentunya sangat memengaruhi populasi kota. Perubahan demografis cukup
mecengangkan. Pembangunan nasional
merupakan upaya semua komponen bangsa yang dilaksanakan dalam rangka mencapai
tujuan bernegara sebagaimana diamanatkan oleh Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan berdasarkan Pancasila. Pencapaian Tujuan ini
dilaksanakan secara bertahap, mulai dari jangka panjang, jangka menengah,
hingga tahunan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
menggariskan Visi Indonesia tahun 2025 yaitu “ Indonesia Yang Mandiri, Maju,
Adil Dan Makmur “ yang pelaksanaannya dibagi ke dalam 4 (empat) tahap
pembangunan jangka menengah. Pembangunan tahun 2014 berada pada tahap jangka
menengah yang kedua yang arahnya digariskan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dengan visi Indonesia Yang Sejahtera,
Demokratis, Dan Berkeadilan.
Pembangunan nasional
dipahami sebagai pelembagaan proses pembangunan multidimensional pada arah
perubahan struktur yang alami. Paradigma baru pembangunan Indonesia didasarkan
pada paradigma pembangunan manusia sebagari kunci dari proses pembangunan.
(Baca juga : MAKALAH ANALISIS RASIO KEUANGAN )
Kegiatan manusia
diketahui amat beragam yang sebagian besar difokuskan pada sejumlah kegiatan
ekonomi. Beberapa kegiatan ekonomi berada dalam lingkup masyarakat disebut
sebagai sektor-sektor ekonomi. Sektor-sektor ekonomi di Indonesia sebagian
besar didominasi oleh proses kegiatan ekonomi yang berdasarkan potensi sumber
daya ekonomi. Potensi sumber daya ekonomi yang paling banyak dimanfaatkan
sebagai input dalam proses kegiatan ekonomi adalah sumber daya alam, baik yang
terbarui maupun yang tidak terbarui. Sebagian besar pengelolaan sumber daya
tersebut berada dalam lingkup kegiatan ekonomi pertanian, industri, dan
perdagangan dalam satu lingkaran kegiatan sekaligus, meskipun masih dalam skala
yang masih terbatas.
Isu strategis yang saat
ini berkembang dalam wacana pembangunan nasional Indonesia adalah bagaimana
upaya memperbesar skala dari lingkup keterkaitan kegiatan ekonomi pertanian,
industri, dan perdagangan itu dalam rangka lebih mendorong peningkatan
kesejahteraan rakyat. Salah satu konsep yang ditawarkan adalah mencoba
meningkatkan potensi sumber daya ekonomi dalam negeri (lokal) melalui
kebijaksanaan pengelompokan industri (industrial cluster policy).
Keluaran dari kebijaksanaan ini adalah terciptanya suatu formula keterkaitan
sisi kelembagaan pembangunan lintas sektor yang tinggi antara sektor-sektor primer
dengan sektor-sektor sekunder dan sektor-sektor tersier (atau sektor jasa).
Sementara itu pada sisi sumber daya terjalin keterkaitan yang tinggi antara
sektor-sektor hulu, sektor antara, dan sektor hilir.
B.
Kebijaksanaan Pembangunan Di Sektor Industri
1.
Transformasi
Kebijakan Pembangunan Di Sektor Industri
a.
Selayang
Pandang
Industri manufaktur
mungkin dapat dikatakan lebih mencerminkan kebijakan perekonomian indonesia
pasca 1966 ketimbang sektor industri lainnya . Perubahan struktur ekonomi dan
teknologi berkembang sangat pesat. Industri manufaktur berorientasi ekspor
menjadi salah satu mesin pertumbuhan utama
perekonomian indonesia.
Sampai saat ini ,
perindustrian nasional telah mendapatkan perhatian yang cukup pesat , mulai
dari pengembangan sarana dan prasarana penunjang sampai pada pemingkatan
kualitas SDM, yang nantinya diharapkan dapat mengembangkan perindustrian
nasional dan mendorong pembangunan perekonomian indonesia .
Pembangunan industri, sebagai motor penggerak
perekonomian, akan terus didorong perannya karena telah terbukti memberi
kontribusi yang berarti terhadap pembangunan nasional. Mengingat perannya yang
strategis, sektor industri khususnya industri manufaktur, perlu ditingkatkan
kinerjanya. Berbagai upaya perbaikan untuk mengatasi dampak krisis ekonomi
terhadap kemerosotan kinerja sektor industri telah dilakukan, namun kinerja itu
tampaknya belum sepenuhnya pulih. Hal ini disebabkan adanya permasalahan yang
membutuhkan perhatian dan perlu segera diatasi. Pertumbuhan
industri manufaktur non-migas selama triwulan I tahun 2011 mampu tumbuh sebesar 5,75%. Pertumbuhan ini jauh lebih
tinggi dari pertumbuhan selama tahun 2010 sebesar 5,09%.
LAPANGAN USAHA
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
Makanan, Minuman dan Tembakau
|
2,75
|
7,21
|
5,05
|
2,34
|
11,22
|
2,73
|
4,01
|
Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
|
1,31
|
1,23
|
-3,68
|
-3,64
|
0,60
|
1,74
|
10,39
|
Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
|
-0,92
|
-0,66
|
-1,74
|
3,45
|
-1,38
|
-3,50
|
-0,40
|
Kertas dan Barang cetakan
|
2,39
|
2,09
|
5,79
|
-1,48
|
6,34
|
1,64
|
4,24
|
Pupuk, Kimia & Barang dari karet
|
8,77
|
4,48
|
5,69
|
4,46
|
1,64
|
4,67
|
-0,07
|
Semen & Brg. Galian bukan logam
|
3,81
|
0,53
|
3,40
|
-1,49
|
-0,51
|
2,16
|
4,26
|
Logam Dasar Besi & Baja
|
-3,70
|
4,73
|
1,69
|
-2,05
|
-4,26
|
2,56
|
18,22
|
Alat Angk., Mesin & Peralatannya
|
12,38
|
7,55
|
9,73
|
9,79
|
-2,87
|
10,35
|
8,84
|
Barang lainnya
|
2,61
|
3,62
|
-2,82
|
-0,96
|
3,19
|
2,98
|
1,14
|
Industri Non Migas
|
5,86
|
5,27
|
5,15
|
4,05
|
2,56
|
5,09
|
5,75
|
Namun demikian, industri manufaktur masih menghadapi tantangan yang harus
segera diatasi. Belum berkembangnya industri bahan baku dan industri penunjang
di dalam negeri merupakan masalah utama yang dihadapi. Kondisi ini berakibat
pada lemahnya keterkaitan antara industri hulu dan hilir, sehingga struktur
industri secara keseluruhan menjadi rentan. Dampaknya tercermin dari besarnya
ketergantungan komponen impor bahan baku dan setengah jadi pada industri kimia,
otomotif, dan elektronika.
Terbatasnya sarana dan prasarana yang ada dalam mendukung pembangunan
industri di daerah juga menjadi masalah yang perlu segera diatasi. Keterbatasan
infrastruktur, seperti di wilayah timur Indonesia, pedalaman maupun perbatasan,
yang menyebabkan pembangunan industri, terutama industri kecil sulit
berkembang, berpotensi menimbulkan kesenjangan pembangunan antar daerah.
Masalah lain yang menuntut perhatian bersama adalah lemahnya penguasaan
teknologi industri. Fakta di pasar menunjukkan bahwa sebagian besar produk
lokal dihasilkan oleh industri berbasis teknologi rendah, yakni industri yang
menghasilkan nilai tambah relatif rendah. Kondisi ini juga disebabkan oleh
belum terpadunya pengembangan iptek di lembaga-lembaga penelitian yang tersebar
di berbagai instansi dengan dunia industri. Ketertinggalan atas penguasaan
teknologi membuat daya saing produk industri lemah dalam menghadapi persaingan
yang semakin ketat. Di pasar lokal, daya saing produk kita semakin terancam
akibat belum meluasnya penerapan standarisasi nasional.
2.
Kebijakan
Industri Nasional
Kebijakan Industri Nasional (KIN) diamanatkan dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 merupakan suatu
arahan dan kebijakan jangka menengah maupun jangka panjang, dalam rangka
mempercepat proses industrialisasi untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional
sekaligus mengantisipasi dampak negatif globalisasi dan liberalisasi ekonomi
dunia dan perkembangan di masa yang akan datang.
Visi Industri 2025: membawa Indonesia pada tahun 2025 menjadi “Sebuah Negara Industri Tangguh di Dunia”.
Visi
antara : membawa
Indonesia pada tahun 2020 menjadi “Negara
Industri Maju Baru”.
a.
Tujuan
Pembangunan Industri Nasional
Tujuan Jangka Menengah
1. Mampu memberikan nilai tambah bagi perekonomian dan
menyerap tenaga kerja.
2. Mampu menguasai pasar dalam negeri dan meningkatkan
ekspor.
3. Mampu mendukung perkembangan sektor infrastruktur
4. Mampu memberikan sumbangan terhadap penguasaan
teknologi nasional
5. Mampu meningkatkan pendalaman struktur industri dan
mendiversifikasi jenis-jenis produksinya.
6. Tumbuh menyebar ke luar Pulau Jawa.
Tujuan Jangka Panjang
Membangun industri dengan
konsep pembangunan berkelanjutan yang didasarkan pada :
1. Pembangunan ekonomi,
2. Pembangunan sosial, dan
3. Pembangunan lingkungan hidup.
b.
Sasaran
Pembangunan
Industri Nasional
Jangka Menengah
1) Terselesaikannya permasalahan yang
menghambat, dan rampungnya program revitalisasi, konsolidasi dan
restrukturisasi industri yang terkena dampak krisis dan bencana
2)
Tumbuhnya industri yang mampu
menciptakan lapangan kerja yang besar
3)
Terolahnya potensi sumber daya alam
daerah menjadi produk olahan
4) Semakin meningkatnya daya saing industri
untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan ekspor
5) Tumbuhnya industri-industri potensial
yang akan menjadi kekuatan penggerak pertumbuhan industri di masa depan
6) Tumbuh berkembangnya IKM, khususnya
industri menengah sekitar dua
kali lebih cepat daripada industri kecil
Jangka Panjang
1. Kuatnya jaringan kerjasama (networking) antara
IKM dan industri besar serta industri di dunia.
2. Kuatnya industri manufaktur sehingga menjadi world
class industry
3. Seimbangnya sumbangan IKM terhadap PDB dibandingkan
sumbangan industri besar
3.
Progran
Peningkatan Daya Saing Industri Prioritas
a.
Sasaran
Peningkatan Daya Saing
1)
Penciptaan lapangan kerja sebanyak
2)
Penciptaan lapangan usaha dan pemerataan
pembangunan industri ke seluruh wilayah
3) Mengurangi defisit neraca perdagangan
terutama karena tingginya ketergantungan impor terhadap barang modal
4) Meningkatkan nilai tambah di dalam
negeri melalui pengolahan sumber daya alam, baik yang berbasis agro maupun
mineral
5)
Sebagai motor penggerak bagi pencapaian
target pertumbuhan industri nasional
6) Untuk mencapai Key Performance
Indicator (KPI) Menteri Perindustrian dalam Kabinet Indonesia Bersatu II
b.
Fokus
Pengembangan Industri Prioritas
1.
Industri
Padat Karya
Program peningkatan daya saing industri padat karya
dilaksanakan melalui: program restrukturisasi permesinan untuk industri tekstil
dan produk tekstil serta alas kaki, pengembangan bahan baku alternatif,
pengembangan desain dan merek, serta program P3DN untuk pengadaan barang dan
jasa pemerintah dan BUMN/BUMD.
2.
Industri
Kecil dan Menengah (IKM)
Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang diprioritaskan adalah industri
kreatif, seperti industri fesyen, kerajinan dan barang seni, serta terus
mendorong pengembangan industri pangan, sandang dan kerajinan melalui konsep One
Village One Product (OVOP). Program peningkatan daya saing Industri Kecil dan Menengah
adalah modernisasi
peralatan IKM, pendidikan dan pelatihan, promosi serta fasilitasi Kredit Usaha
Rakyat (KUR).
3.
Industri
Barang Modal
Program pengembangan industri barang modal dalam negeri
adalah pemberian berbagai
fasilitas dan insentif fiskal berupa tax allowance, pembebasan bea
masuk, tax holiday, serta dukungan kemudahan kredit perbankan.
4.
Industri
Berbasis Sumber Daya Alam
Untuk mendorong tumbuhnya investasi industri berbasis sumber
daya alam dalam rangka
meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, Pemerintah sedang mengupayakan
fasilitas tax holiday, tax allowance, dukungan
fasilitasi pembangunan infrastruktur (jalan, pelabuhan, energi, air bersih,
dll) melalui dukungan pemerintah maupun swasta (PPP).
5.
Industri
Pertumbuhan Tinggi
Program peningkatan daya saing industri kendaraan bermotor
dan elektronika, dilakukan
melalui pemberian fasilitas
insentif fiskal, pembebasan
PPnBM dan pembebasan bea masuk barang modal, bahan baku dan komponen yang
dibutuhkan untuk produksi dalam negeri.
6.
Industri
Prioritas Khusus
Program pengembangan
industri pupuk, pemerintah
merencanakan untuk membangun 6 (enam) pabrik pupuk NPK dan merevitalisasi 6
(enam) pabrik pupuk, sedangkan program pengembangan industri petrokimia dilakukan
melalui pengembangan klaster
industri berbasis migas kondensat di Gresik dan Tuban (Jatim) serta Bontang (Kaltim).
C.
Kebijaksanaan Pembangunan Di Sektor Perdagangan
1.
Transformasi
Kebijakan Pembangunan Di Sektor Perdagangan
a.
Selayang
Pandang
Pembangunan
perdagangan merupakan salah satu kegiatan di bidang ekonomi
yang mempunyai peran strategis dalam rangka pembangunan yang berwawasan
nusantara. Sektor perdagangan berperan dalam mendukung kelancaran
penyaluran arus barang dan jasa, memenuhi kebutuhan pokok rakyat,
serta mendorong pembentukan harga yang wajar.
Pembangunan
perdagangan sangat penting dalam upaya mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, dan memberikan sumbangan
yang cukup berarti dalam penciptaan lapangan usaha serta perluasan
kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan. Kegiatan sektor
perdagangan saling berkait dan saling menunjang dengan kegiatan
sektor lainnya, seperti sektor produksi, yaitu pertanian, industri, dan
pertambangan; sektor keuangan; sektor perhubungan dan telekomunikasi.
Pembangunan perdagangan berperan penting pula dalam menciptakan dan mempertahankan
Stabilitas ekonomi dalam mengendalikan inflasi dan
mengamankan neraca pembayaran.
Dinamika perekonomian dunia dan
domest ik telah mewarnai perj alanan pembangunan perdagangan nasional sepanj
ang 2005- 2009. Kenaikan harga minyak mentah, krisis keuangan global, sampai
kepada bencana yang terj adi di berbagai belahan dunia, turut mempengaruhi
kinerja perdagangan luar negeri dan perdagangan di dalam negeri Indonesia.
Dengan senantiasa berusaha untuk menj
awab set iap tantangan yang dihadapi dan mengambil kesempatan atas potensi yang
dimiliki, maka pencapaian kondisi perdagangan Indonesia yang diharapkan di masa
mendatang, adalah:
- Peran sektor perdagangan yang akan bertambah pent ing, ditandai dengan munculnya keunggulan Ekonomi Kreatif sebagai pemicu inovasi perdagangan tanpa batas, kont ribusi subsektor perdagangan eceran yang semakin signif ikan dalam pembentukan PDB, dan penciptaan lapangan kerj a secara luas. Hal ini terj adi karena: terbentuknya integrasi domest ik di sektor perdagangan; terciptanya intensitas mutual partnership dan linkage antara perdagangan eceran dengan perdagangan besar; terciptanya t ransaksi domest ik dan ekspor dari UKM maupun perusahaan skala besar; terciptanya intensitas koordinasi antara fasilitator Pusat (Kementerian Perdagangan) dan fasilitator Daerah (instansi terkait) dalam pengembangan perdagangan eceran, perdagangan besar, dan pembinaan sektor informal; dan tingginya t ingkat penerapan manaj emen dan teknologi perdagangan, termasuk yang terkait dengan jaringan.
- Penggunaan metode perdagangan dan bisnis berbasis teknologi informasi semakin umum digunakan sehingga meningkatkan efisiensi ekonomi, baik secara individu, kelompok atau antarkomunitas pelaku bisnis perdagangan, antara lain maraknya pemasaran melalui internet dan bisnis periklanan. Selain itu, keterlibatan pelaku perdagangan eceran dan perdagangan besar dalam ekspor dan impor semakin signifikan dan produkt if. Implikasi kondisi di atas terhadap ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat sangat baik sekalipun pertumbuhan j umlah penduduk merambat naik. Transportasi yang terkendala oleh faktor geografis relatif teratasi karena sinergi antar wilayah. Faktor terpent ing yang mendasari hasil pembangunan perdagangan adalah peningkatan indeks kepercayaan bisnis pada semua lini perdagangan di Indonesia.
- Perkembangan jumlah usaha dan nilai transaksi sektor perdagangan mengalami peningkatan, yaitu nilai transaksi perdagangan eceran dan nilai transaksi perdagangan ekspor-impor. Sedangkan dalam kategori nilai transaksi perdagangan besar, terlihat proporsi nilai transaksi perdagangan nasional didominasi oleh transaksi perdagangan dalam negeri untuk distribusi dan nondistribusi serta transaksi para eksportir, yaitu berada di atas t ransaksi importir dan transaksi perdagangan besar yang berdasarkan fee atau kontrak.
- Angka ekspor-impor meningkat baik volume maupun nilai dalam surplus neraca perdagangan. Hambatan nontarif teratasi dengan terciptanya kerj asama yang kuat antara simpul pemerintah (Atase Perdagangan, ITPC, Bidang Perekonomian Kedubes RI, Dinas Perdagangan) dengan simpul pro-bisnis (Dunia Usaha, Asosiasi Bisnis, Kadin/Kadinda).
- Faktor kelangkaan informasi dan ekonomi biaya tinggi secara signifikan teratasi melalui perkuatan jaringan sistem perdagangan dan pengembangan hukum perdagangan secara simultan. Daya saing Indonesia meningkat signif ikan, menurut versi obyektif World Economic Forum, dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini didorong oleh antara lain hasil reformasi ekonomi perdagangan yang mempengaruhi pelayanan pelabuhan dan kepabeanan serta efektivitas upaya pembasmian ekonomi biaya tinggi sepanjang jalur dist ribusi ekspor, impor, dan dist ribusi domest ik. Implikasinya terlihat pada surplus produktif neraca pembayaran dimana impor memperkuat kebutuhan pokok domestik, memperkuat indust ri, memperkuat daya ekspor atau ekspansi pasar global, dan memperkuat ketahanan devisa Indonesia.
- Diplomasi dan negosiasi perdagangan internasional yang mengutamakan kepent ingan nasional menj adi semakin kuat yang ditunjukkan dari meningkatnya penyelesaian masalah-masalah perdagangan internasional dan meningkatnya akses pasar. Membaiknya kemampuan diplomasi dan negosiasi perdagangan internasional membaik karena semakin meningkatnya sinergi lintas sektor, semakin eratnya kohesivitas perdagangan dan indust ri, adanya SDM sebagai negosiator global yang berintegritas, memiliki pengetahuan yang baik mengenai hukum perdagangan internasional, dan berkemampuan mult ibahasa, sehingga manfaat globalisasi, liberalisasi perdagangan, integrasi global, dan integrasi regional dapat dipetik secara optimum. Hal ini terefleksi antara lain.
- Peran sistem logistik, intermediasi perdagangan, jaringan koleksi, pengumpul, pengecer, grosir, dan dist ribusi umumnya semakin berkembang dan meningkat , yang didorong oleh meningkatnya penggunaan teknologi elekt ronik, t ransportasi yang memadai, dan meningkatnya indeks kepercayaan bisnis di semua lini perdagangan dan perekonomian.
- Daya beli konsumen dan tingkat tabungan masyarakat semakin baik, hal ini ditunj ukkan dari tingkat upah minimum dan realisasinya yang semakin baik serta terciptanya semangat kewirausahaan baru.
- Sistem hukum perdagangan dan penegakan hukum lahir dan berkembang secara positif mengikut ikecepatan dinamika bisnis, menopang eksistensi usaha, memberi kepastian usaha serta memperkuat kredibilitas kebijakan perekonomian.
- Pasar domestik dan pelaku usaha dalam negeri yang semakin aman dalam menghadapi terbukanya akses pasar ke dalam negeri.
- Sektor perdagangan memberi kont ribusi positif terhadap penciptaan tenaga kerj a, lingkungan hidup, kebudayaan, dan keamanan nasional serta pembentukan norma sosial bangsa.
2.
Peran Sektor Perdagangan Dalam
Perekonomian
Peran sektor perdagangan semakin pent ing dalam
perekonomian nasional, baik secara kuant itas maupun kualitas. Secara kuant
itas, pent ingnya peran sektor perdagangan terlihat dari peningkatan kont
ribusi PDB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Nilai tambah Sektor
Perdagangan,
Secara kualitas, semakin pentingnya sektor
perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan yang lebih mengedepankan kualitas j
asa perdagangan untuk mendukung sektor indust ri, pertanian, kehutanan,
perikanan, turisme, pertambangan, dan lain-lain. Dukungan kegiatan tersebut memberikan
pengaruh yang posit if terhadap meningkatnya kont ribusi sektor perdagangan.
Kegiatan-kegiatan ini antara lain meliputi perbaikan pelayanan publik, iklim
usaha, inf rast ruktur terkait ekspor–impor seperti Jakarta Int ernat ional
Container Terminal (JICT) berkapasitas 2,5 j uta pet i kemas twenty-foot
equivalent unit per tahun, pembangunan sekaligus revitalisasi dan
harmonisasi pasar t radisional-pasar modern, penyediaan kebutuhan pokok, dan
stabilisasi harga serta sinergi pengembangan UKM dan petani di bidang
perdagangan.
Pentingnya peran sektor perdagangan juga terlihat
dari banyaknya jumlah tenaga kerj a di sektor ini. Jumlah tenaga kerj a sektor
perdagangan pada tahun 2008 tercatat sebanyak 17,1 juta jiwa, peringkat kedua
setelah sektor pertanian. Jumlah tersebut meningkat 3,64 persen dari tahun sebelumnya.
Jika digabung dengan hotel dan restoran, dimana terdapat t ransaksi perdagangan
di dalamnya, maka j umlah tenaga kerj a berj umlah 21,2 juta jiwa dengan
tingkat pertumbuhan sebesar 3,26 persen. Upaya Kementerian Perdagangan untuk
mengembangkan perdagangan dalam negeri dan luar negeri dinilai efekt if dalam
menciptakan lapangan pekerj aan bagi masyarakat termasuk bagi usaha kecil dan
menengah.
Sementara itu, tenaga kerj a di bidang perdagangan
lebih didominasi pada perdagangan eceran di pertokoan, warung, eceran t
radisional, eceran modern, kecuali mobil dan motor. Dengan peningkatan sinergi
dan koordinasi, maka 70 persen tenaga kerj a sektor perdagangan yang terisi oleh
usaha informal dapat dit ingkatkan statusnya. Selain itu, integrasi st rategis dengan segmen
komunitas ekonomi kreatif diyakini akan membuka peluang kesempatan kerja yang
signifikan.
3.
Kerjasama dan Diplomasi Perdagangan
Dalam rangka meningkatkan akses pasar, dilakukan
strategi multi jalur di forum multilateral, regional, dan bilateral. Melalui
strategi multi jalur ini, Indonesia
telah berhasil memperkuat perannya di dunia internasional, baik di forum WTO
melalui G-20, G-33, dan di forum ASEAN, ASEAN plus mitra dialog, dan forum
bilateral.
a. Perdagangan
Luar Negeri
Kebijakan perdagangan
internasional adalah berbagai tindakan dan peraturan yang dijalankan suatu
negara, baik secara lansung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi
struktur, komposisi, dan arah perdagangan internasional negara tersebut.
Kebijakan
dilaksanakan dengan tujuan untuk melindungi kepentingan ekonomi nasional,
industri dalam negeri, dan lapangan kerja serta menjaga stabilitas ekonomi
nasional.
Dalam
perdagangan luar negeri konsep proteksi berarti usaha-usaha pemerintah yang
membatasi atau mengurangi jumlah barang yang diimpor dari Negara-negara lain
dengan tujuan untuk mencapai beberapa tujuan tertentu dalam pembangunan dan
kemakmuran perekonomian Negara tersebut.
Upaya diversifikasi pasar tuj uan ekspor Indonesia
pun sudah menunj ukkan hasil. Pangsa pasar ekspor Indonesia di pasar nont
radisional semakin menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, dari sebesar 46,1
persen pada tahun 2004, menjadi 54,5 persen pada tahun 2009. Dalam hal impor,
Kementerian Perdagangan berupaya mengelola impor yang berorientasi pada kepent
ingan nasional, yaitu sesuai standar kesehatan, keamanan, keselamatan,
lingkungan, dan moral bangsa.
Pertumbuhan impor selama periode 2004- 2008,
khususnya nonmigas, meningkat rata-rata 26,5 persen per tahun. Impor nonmigas
sebagian besar merupakan impor bahan baku atau penolong dan barang modal untuk
memenuhi kebutuhan investasi dan produksi di dalam negeri, termasuk yang
berorientasi ekspor.
Pengelolaan impor juga diarahkan untuk menciptakan
iklim persaingan yang sehat dan t ransparan di dalam negeri, sehingga t idak
terj adi perdagangan yang t idak adil dan memast ikan impor yang masuk melalui perjanjian
perdagangan bebas (FTA) memenuhi syarat. Negara yang menj adi sumber impor nonmigas
terbesar Indonesia adalah RRT, Jepang, dan Singapura. Ketiga negara tersebut
memberikan kontribusi sebesar 41,5 persen dari total impor nonmigas Indonesia
tahun 2008.
Perbaikan kinerj a perdagangan internasional
terangkum dalam neraca perdagangan Indonesia yang selalu surplus pada periode
2004- 2008. Bahkan pada tahun 2006 dan 2007, neraca perdagangan hampir mencapai
USD 40 miliar, meningkat satu setengah kali dibanding 2004. Membaiknya kinerj a
perdagangan internasional Indonesia t idak lepas dari berbagai upaya yang
dilakukan oleh Kementerian Perdagangan, antara lain:
a. Perbaikan
iklim usaha untuk meningkatkan daya saing ekspor dan investasi. Melalui upaya
ini telah dilakukan penyempurnaan berbagai kebijakan dalam rangka mendukung
peningkatan ekspor komoditi pertanian, industri, dan pertambangan.
b. Fasilitasi
perdagangan luar negeri melalui peningkatan kelancaran arus barang dan
pengurangan ekonomi biaya tinggi.
c. Pelaksanaan
pembangunan dan pengembangan Nat ional Single Window untuk pelayanan
perizinan ekspor impor. d. Penerapan st rategi pengembangan ekspor melalui
pendekatan produk atau sektor (10 produk utama dan 10 produk potensial) dan pendekatan
pasar (pasar utama atau tradisional, pasar prospektif, dan pasar potensial).
d. Peningkatan
produk dan akses pasar melalui: part isipasi pada pameran dagang di luar
negeri, penyelenggaraan Trade Expo Indonesia, pengiriman misi dagang,
kerj asama perdagangan internasional di berbagai fora, penciptaan merek, ident
ifikasi potensi ekspor, kerj asama dengan Trade Promot ion Organizat ion dalam
rangka pemberdayaan eksport ir dan pengembangan produk, dan berbagai kegiatan
peningkatan kualitas dan kuantitas ekspor lainnya.
b. Perdagangan
Dalam Negeri
Di dalam negeri, stabilitas harga bahan pangan dan
kecukupan pasokan periode 2005-2009 sempat terkendala oleh berbagai gej olak
seperti bencana dan krisis pangan dunia. Harga bahan-bahan pangan mengalami kenaikan
yang fluktuat if, namun secara umum harga dan kecukupan pasokan bahan pangan
dapat dikendalikan. Andil inflasi bahan pangan pun cukup rendah dan stabil.
Andil inflasi bahan pangan tahun 2005-2008 berturut-turut adalah: 3,3 persen;
3,1 persen; 2,8 persen; dan 3,5 persen.
makalah yang mungkin anda cari ?
- MAKALAH EKONOMI MAKRO
- MAKALAH PENERAPAN E-PROCUREMENT
- MAKALAH LAPORAN AUDIT / OPINI AUDIT
- MAKALAH HUBUNGAN PERTUMBUHAN LABA TERHADAP Working...
- MAKALAH PERTUMBUHAN LABA
- MAKALAH ANALISIS RASIO KEUANGAN
- MAKALAH Teori Struktur Modal (Pecking Order Theory...
- makalah tentang struktur modal, Agency Theory dan ...
- Makalah Tentang Kepuasan Konsumen
- MAKALAH TENTANG GREEN PRODUCT ( HEMAT ENERGI)
- MAKALAH FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT DAN TIDAK DAPAT ...
- MAKALAH Profitabilitas (keuntungan) DAN Return on ...
- MAKALAH E-PROCUREMENT SEBAGAI SARANA EFISIENSI
- MAKALAH PENGENDALIAN INTERN
- MAKALAH MODEL E-Government
- MAKALAH E-Government (Electronic Government)
- Contoh Soal Psikotes terbaru
- Asuransi Mobil Tua dengan memikirkan kondisi ini
- PANDUAN PENGUNAAN MESIN EDC LENGKAP
- PANDUAN E-MONEY
- MAKALAH EKONOMI "INDEKS HARGA DAN INFLASI"
- MAKALAH BISNIS DAN EKONOMI
- MAKALAH APA ITU EKONOMI
- MAKALAH EKONOMI BERKELANJUTAN SEBAGAI SOLISI BARU
- Makalah EKONOMI PERTANIAN DI INDONESIA
- MAKALAH EKONOMI PASAR TRADISIONAL
- MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN NEGARA BERKEMBANG
- MAKALAH EKONOMI TEORI EKONOMI KLASIK
- MAKALAH ILMU EKONOMI
- MAKALAH PENGERTIAN EKONOMI REGIONAL
- MAKALAH EKONOMI KEMANDIRIAN PANGAN DAN PEMBANGUNAN...
- MAKALAH PEMBANGUNAN & PERTUMBUHAN EKONOMI
- MAKALAH BELAJAR TENTANG EKONOMI REGI0NAL
- BAHAN MAKALAH EKONOMI REGIONAL LENGKAP
- Makalah Ekonomi Kreatif
- Bahan Makalah Instrumen Kebijakan Moneter
- PERKEMBANGAN, PENGERTIAN, JENIS, PENYEBAB INFLASI
- MAKALAH EKONOMI MANAJERIAL
- PRINSIP DAN KONSEP EKONOMI PEMBANGUNAN
- TUGAS POKOK DAN FUNGSI Bagian Ekonomi Pembangunan ...
- TUGAS EKONOMI PEMBANGUNAN TERBARUKAN
- Bahan Makalah Hukum Pajak
- MAKALAH HUKUM PAJAK
- TUGAS OSPEK MAHASISWA BARU
- Makalah Tugas Unik saat Ospek Murid/mahasiswa Baru...
- MAKALAH KEWIRAUSAHAAN 2
- MAKALAH PEMBAHASAN UU INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEK...
- MAKALAH TUJUAN PEMBUATAN BLOG
- MAKALAH KEWIRAUSAHAAN NEW
- MAKALAH KEWIRAUSAHAAN YANG UNGGUL
- MAKALAH CARA MENGHAPUS IKLAN PADA PENELUSURAN GOOG...
- MAKALAH ANALISIS DARI PENGARUH IKLAN ROKOK
- KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM DI DUNIA
- MAKALAH SYARIAH DI DALAM EKONOMI ISLAM
- MAKALAH LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH NEGARA DAN SWAST...
- MAKALAH PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN
- MAKALAH EKONOMI PEDESAAN TERBARUKAN
- PEMANFAATAN E-PROCUREMENT
- MAKALAH ASPEK EKONOMI & SOSIAL
- MAKALAH PERMASALAHAN PERMASALAHAN DALAM MELAKUKAN ...
- MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAGEMENT
- Makalah kesenjangan sosial ekonomi
- makalah sosial ekonomi pedesaan
- makalah ekonomi moneter analisis teori penawaran u...
- Ekonomi Moneter
- MAKALAH MASALAH EKONOMI DAN SISTEM PEREKONOMIAN
- makalah ekonomi di indonesia 2017
- Makalah TIK
- MAKALAH BLOG DI INTERNET
No comments:
Post a Comment